PARA FILSUF ISLAM DAN KONSTRIBUSINYA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN FILSUF MUSLIM DI BELAHAN DUNIA BARAT
PARA
FILSUF ISLAM DAN KONSTRIBUSINYA DALAM PERKEMBANGAN
ILMU
PENGETAHUAN FILSUF MUSLIM
DI
BELAHAN DUNIA BARAT
Tugas Makalah
Mata Kuliah :
Filsafat Umum

Disusun Oleh :
Chana
Ivan Widieansyah
170801098
170801098
Mustaqim
170801027
170801027
JURUSAN
ILMU POLITIK
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2018
M / 1440 H
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Para
Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Filsafat
Belahan Dunia Barat” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada reformis Islam sejati Nabi Muhammad SAW pembawa umat
minazhulumati ilannur.
Sebagaimana
dalam peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak”, dalam penyusunan
makalah ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangannya, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang akan
datang sangat kami harapkan.
Kami
pun menghaturkan terima kasih kepada Ibu. sebagai Dosen Pembimbing matakuliah “ Filsafat
Umum ” yang tak pernah lelah dan bosan memberikan bimbingannya dan
arahannya yang selalu membangunkan semangat kepada para mahasiswanya.
Dengan
adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam
menguasai materi pelajaran.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa
membawa kemudahan kita dalam belajar untuk meraih prestasi yang kita inginkan.
Aceh,
Januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... ....... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. ........ 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................... ........ 1
C.
Tujuan
Pembahasan...................................................................................... ........ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... ....... 2
A.
Pengertian
Filsafat......................................................................................... ....... 2
B. Objek
Kajian Dalam Filsafat................................................................................. 3
C. Cabang-Cabang Dalam Filsafat............................................................................ 5
D. Karakteristik
Pemikiran Filsafat............................................................................ 8
E. Hubungan
Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan....................................................... 9
F. Para
Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Ilmu Pengetahuan
Filsuf Muslim Dalam Belahan Dunia
Barat........................................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 14
A.
Kesimpulan.............................................................................................. ....... 14
B.
Saran......................................................................................................... ....... 14
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................. ....... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam sejarah filsafat dikenal adanya istilah borrowing yaitu saling meminjam
filsafat satu dengan yang lain. Hal ini terjadi pada filsafat Islam dan Barat,
kontak terjadi bersifat dua arah. Pada zaman keemasan Islam, filsafat Barat
masuk ke Dunia Islam dengan gerakan penerjemahan karya-karya filosof-filosof Yunani
Klasik ke dalam bahasa Arab.Keinginan
umat Islam mempelajari
filsafat Barat tersebut sejalan dengan semakin meluasnya kekuasaan
Islam dan meningkatnya interaksi Umat Islam dengan bangsa-bangsa lain terutama
Yunani dan Romawi. Orang-orang Persia memegang peranan penting dalam proses
pengaruh bagi gerakan transmisi filsafat Yunani ke Dunia Islam, karena mereka
yang terlebih dahulu berkenalan
dengan peradaban dan filsafat Yunani,
sehingga melalui orang-orang Persia ini bangsa Arab muslim mulai mempelajari
filsafat Yunani (Nur Ahmad dalam Iqbal, 2004: xiv). Dalam hal ini umat Islam berjasa
membangkitkan kembali warisan intelektual Yunani Kuno yang beberapa abad
lamanya tidak terjamah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
objek kajian dalam filsafat ?
2. Apa
cabang-cabang filsafat ?
3. Jelaskan
karakteristik pemikiran filsafat !
4. Jelaskan
hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan !
5. Bagaimana
para filsuf islam dan kontribusinya ke dunia barat ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui filsafat islam
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh filsafat islam
3. Untuk
mengetahui karakteristik pemikiran filsafat
4. Untuk
mengetahui bagaimana konstribusi filsafat islam untuk dunia barat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat
Kata
filsafat berasal dari kata Yunani filosofia yang berasal dari kata filosofein
yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tesebut juga berasal dari kata
Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai,
atau philia yang bererti cinta dan Sophia yang berarti kearifan. Dari kata
tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai
“cinta kearifan“.
Arti
kata tersebut diatas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata
filsafat sebab pengertian “mencintai” belum memperhatikan keaktifan seorang
filosof untuk memeperoleh kearifan dan kebijaksanaan itu. Menurut pengertian
yang lazim berlaku di Timu (Tiongkok dan India), seseorang disebut filosof bila
dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut
pengertian lazim di Barat, kata “mencintai” tidak perlu mendapat kebijkasanaan
karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian
yang berbeda dengan pengertian di Timur. Dengan menyebut filsafat sebagai
“cinta akan kebijaksanaan”, maka timbullah pertanyaan : apakah kebijaksanaan
yang dikejar itu? Yang jelas kebijaksanaan itu ada sangkut pautnya dengan
mengerti (know) dengan pengetahuan (knowledge). Akan tetapi tidak setiap
“mengerti” itu kebijaksanaan atau bahkan filsafat. Yang pasti bahwa
kebijaksanaan dan filsafat itu suatu bentuk tertentu, boleh dikatakan merupakan
pengetahuan dalam bentuknya yang tertinggi.
Refleksi
manusia terhadap realitas mungkin berawal dari ketakjuban atau keheranan,
ketidakpuasan, keraguan atau kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan
(ketidakberdayaan). Hal – hal itu kemudian diteruskan menjadi sebuah
pertanyaan, dan pertanyaan dicoba jawab secara sistematis, logis dan mendasar.
Dari sinilah asal mula filsafat itu lahir.
Pengertian
filsafat dapat dipandang dari dua segi: pertama, dilihat dari segi hasil
pengetahuan. Kedua, filasafat dilihat dari segi aktifitas budi manusia. Dilihat
dari segi pengetahuan, filasfat adalah jenis pengetahuan yang berusaha mencari
hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Jadi,
kalau kita berbicara tentang filsafat mungkin berbicara tentang jenis
pengetahuan yang disebut filsafat atau mungkin aktifitas budi manusia dalam
mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.
B.
Objek
Kajian Dalam Filsafat
Objek
Materi dan Objek Formal Filsafat :
Objek
Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang didelidiki (hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “ada” di sini mempunyai
tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkinan.
Objek
Formal Filsafat yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan
tersebut dipandang. Objek Formal filsafat adalah menyeluruh secara umum.
Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai
hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun yang ebrada di luar jangkauan
pembahasan filsafat. Objek formalnya adalah metode untuk memahami objek materil
tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Pengertian lain menyebutkan
bahwa Objek Formal Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal
(sedalam – dalam sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat.
Dalam
perspektif ini dapat diuraikan bahwa ilmu filsafat pada prinsipnya memiliki 2
objek substansif dan 2 objek instrumentatif, yaitu :
Objek
Substantif yang terdiri dari 2 hal
a. Kenyataan
Fakta
(kenyataan) yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta
ini ada beberapa aliran filsafat yang memberikan pengertian yang berbeda – beda,
diantaranya yaitu positivme (hanya mengakui pengayatan yang empirik dan
sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara sensual satu
dengan yang lainnya. Data empiriksensual tersebut harus objektif tidak boleh
masuk subjektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenologi. Fakta
buka sekedar data empirik sensual tetapi data yang sudah dimaknai sehingga ada
subjektifitas peneliti tetapi, subjektifitas peneliti disini tidak berarti
sesuai selera peneliti.subjektif dalam arti tetap selektif sejak dari
pengumpulan data, analisis data sampai kesimpulan.data selektifnya disa berupa
ide moral dan lain-lain.orang yang mengamati terkait langsung pada
konsep-konsep yang dimiliki.
b. Kebenaran
Positivisme,
benar substantif yang menjadi identik dengan benar sesuai dengan empiri
sensual. Kebenaran positivistik didasarkan pada ditemukan frekwensi tinggi atau
fariansi yang besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada
korespondwnsi antara fakta yang satu dengan fakta yang phenominology. Kebenaran
dibuktikan berdasarkan pada oenemuan yang esensial yang dipilih dari non
esensial atau esksemplar dan sesuai dengan skema tertentu. Secara dikenal 2
teori kebenaran, yaitu kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi.
Bagi phenominology fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji
kebenarannya dengan yang dipercaya. Realisme methafisik ia mengakui kebenaran
bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran objektif universal. Realisme
sesuatu yang benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru
menutut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya
empiri terkonstruk pula. Islam sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual
yang koheren dengan kebenaran transeden berupa wahyu. Pregamatisme mengakui
kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada
beberapa teori, menurut Michael Williams ada 5 teori kebenaran yaitu:
-
Kebenaran Preposisi yaitu teori
kebenaran yang didasarkan pada kebenaran preposisinya baik preposisi formal
maupun preposisi materialnya.
-
Kebenaran Koherensi atau Konsistensi
yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian
suau pernyataan denag pernyataan-pernyataan yang lainnya yang sudah lebih
dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
-
Kebenaran Performatif yaitu teori
kenbenran yang mengakui bahwa sesuati itu dianggap benar apabila dapat
diaktualisasikan dalam tindakan.-Kebenaran Praqmatik yaitu toeri kebenaran yang
mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktif. Dengan
kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah
apabila tidak mendatangkan manfaat.
Obyek
Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi
Fungsi
ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang
atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi absolut denga menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma
yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi probabilistik dengsn mengggunakan metode induktif, deduktif,
reflektif.
Pemaknaan
juga dapat ditmpilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengan menggunakan
metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian apriori
dan aposteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran perdiksi
para ahli mendasarkan pada dua aspek : (1) Aspek Kuantitatif (2) Aspek
Kualitatif. Dalam hal konfirmasi. sampai saat ini dikenal ada tiga teori
konfirmasi, yaitu:
·
Decision Theory: menerapkan kepastian
berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang
memiliki manfaat aktual.
·
Estimation Thory: menetapkan kepastian
dengan memberi peluang benar atau salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
·
Reliability Analysis: menetapkan
kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah
karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hepotesis.
C.
Cabang-Cabang Dalam Filsafat
` Banyak
para filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai cabang, seperti H. De
Vos, Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld, Aristoteles, dan lain-lain.
Setiap filsuf memiliki perbedaan dalam membagi cabang-cabang filsafat ilmu.
Walaupun ada perbedaan dalam pembagiannya, namun tentu saja lebih banyak
persamaanya. Dari beberapa pandangan filsuf tersebut, sekarang filsafat
memiliki beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, epistemologi, etika, dan
estetika.
1. Metafisika
Metafisika
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan sesuatu dibalik yang tampak.
Metafisika tidak muncul dengan karakter sebagai disiplin ilmu yang normatif
tetapi tetap filsafat yang ditujukan terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar
perangkat dasar kategori-kategori untuk mengklasifikasikan dan menghubungkan
aneka fenomena percobaan oleh manusia.
Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi
dan antropologi.
·
Ontologi (Teori Alam dan Tipe-Tipe
Realitas)
Ontologi
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret atau
realistis. Adapun teori Ontologi utama meliputi:
1) Materialisme
à Objek-objek fisik yang ada mengisi ruang angkasa dan tidak ada yang lainnya.
Semua sifat fisik alami tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri.
2) Idealisme
à Hanya pikiran/berpikir, spirit, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
berpikir yang benar-benar nyata (konkret).
3) Dualisme
à Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan keduanya tidak
saling mengurangi satu dengan yang lain.
·
Kosmologi (Teori Umum Proses Realitas)
Kosmologi
berkepentingan terhadap cara berbagai benda dan peristiwa yang satu mengikuti
cara berbagai benda dan peristiwa lain menurut perubahan waktu (satu benda
ditentukan oleh benda lainnya). Satu benda atau peristiwa ditentukan oleh sebab
sebelumnya dan tidak dapat dibalik. Determinan-determinan dari peristiwa alam
yang dianggap beroperasi dengan cara terakhir tersebut dinamakan Aristoteles
sebagai “sebab-sebab final” à final causes à dikenal sebagai antecedent causes.
Selain
pandangan determinisme, kita perlu mengenal pandangan lain, yaitu teleologi.
Teleologi adalah proses yang dianggap ditentukan oleh aneka pengaruh atau sebab
akhir (influenced by ends).
·
ntropologi
Adalah
ilmu yang menyelidiki tentang manusia yang berkaitan dengan pertanyaan
pertanyaan tentang hakikat manusia dan pentingnya dalam alam semesta.
2. Logika
Logika
adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika
membahas tentang prinsip-prinsip inferensia (kesimpulan) yang absah (valid) dan
topik-topik yang saling berhubungan. Logika dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Logika
deduktif (deductive form of inference), yaitu cara berpikir di mana pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus.
2. Logika
induktif (inductive form of inference), yaitu cara berpikir yang dilakukan
dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari berbagai kasus yang
bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Banyak
para ahli berpendapat bahwa sekalipun sejak 1940-an logika deduktif berkembang
tetapi masih belum menyamai taraf yang dicapai oleh logika deduktif. Dalam hal
ini, logika deduktif lebih powerful.
3. Epistemologi
Epistemologi
(dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos = kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis
pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistomologi
atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.
4. Etika
Etika
adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku (moral) atau perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik ataupun buruk. Etika dalam kajian filsafatnya
dapat diberi arti sebagai tata krama dan sopan santun yang lahir dari pemahaman
perbuatan yang baik dan buruk serta sebuah tata aturan yang berlaku dalam
masyarakat yang menjadi sebuah kebudayaan yang wajib untuk taat dipatuhi.
5. Estetika
Estetika
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Estetika disebut
juga sebagai “filsafat keindahan” (philosophy of beauty). Dalam Encyclopedia
Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat yang berkenaan dengan
keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.
D.
Karakteristik
Pemikiran Filsafat
Dari
uraian tentang pengertian, obyek dan cabang filsafat tersebut di atas, maka
kita sedikitnya telah memperoleh gambaran sekilas tentang apakah sebenarnya
filsafat itu. secara umum dapat dikemukakan bahwa filsafat adalah jenis
berfikir yang memiliki ciri-ciri bersifat sistematis, kritis, radikal,
refleksif, dan integral. dengan kata lain, berfikir filsafat berbeda dengan
ilmu pengetahuan karena pendekatannya bersifat integral, yakni tidak mengkaji semesta
dari satu sisi saja namun secara menyeluruh. filsafat juga bersifat kritis
dalam mengkaji obyeknya, dalam arti ia tidak pernah berhenti pada penampakan,
asumsi, dogmatisme melainkan terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi
mencapai hakekat.
secara
umum pemikiran filsafat bersifat :
1) menyeluruh
(komprehensif). filsafat tidak sama dengan ilmu dengan memandang
objeknya,karena filsafat melihat atau memandang objeknya dari sudut totalitas
(keseluruhan). filsafat ingin mencoba mengenali hakekat atau “apanya” sesuatu.
filsafat tidak akan puas hanya mengenal objeknya dari sudut tertentu secara
khusus sebagaimana dilakukan oleh ilmu-ilmu yang lain
2) mendasar
atau radikal. radikal berasal dari akar kata radix yang berarti akat. filsafat
selalu menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji suatu obyek sampai ke
akar-akarnya. filsafat tidak berhenti percaya dengan begitu saja secara dangkal
akan tetapi secara radikal filsafat terus bertanya ke dasar dari sesuatu alasan
3) mencari
kejelasan. apa yang dilakukan filsafat harus bermuara pada pencarian kejelasan
pengertian dan kejelasan intelektual dari seluruh realitas
4) berfikir
rasional. dalam hal ini terkandung pengertian berfikir logis, sistematis dan
kritis
5) spekulatif.
kegiatan spekulatif merupakan yang pertama dari kegiatan-kegiatan utama yang
telah dilakukan oleh para filsuf selama berabad-abad, yakni membuat
dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu hal. filsafat berusaha
menetapkan kriteria apa yang disebut benar (logika), apa yang disebut baik
(etika) dan apa yang disebut indah (estetika) dan selanjutnya dapat diteruskan
dan dimanfaatkan oleh ilmu-ilmu
6) konseptual. Berfikir filsafat adalah berfikir
melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari
7) koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai
dengan kaidah kaidah perpikir logis dan konsisten artinya tak mengandung
kontradiksi.
8) sistematis
dan metodis. sistematis adalah saling
berkaitan dan metodis adalah cara yang ditempuh dalam mendapatkan kebenaran.
9) bebas Berfikir filsafat adalah berfikir secara
bebas, bebas dari prasangka sosial dan kepentingan politik.
E.
Hubungan
Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Hubungan
filsafat dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Filsafat
mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya
terbatas, khusus lapangannya saja.
2. Filsafat
hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan
sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi
yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu
mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how,
managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) -
Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ...,
first causes, highest principles, and ultimate explanation)
3. Filsafat
memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan
mengkoordinasikannya.
4. Lapangan
filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan.
Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu)
penting, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui
batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga
ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain.
Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang
pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki
jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke
lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat
hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan
antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs.
Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba
merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari
prinsip-prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya
pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara
umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari
Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan
, religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian
yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu
ilmu dan filsafat.
Berikutnya
kita akan melihat bagaimana hubungan
keduanya dengan agama, sebagai berikut :
1. Ketiganya
baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas)
atau bentuk pengetahuan.
2. Dalam
pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing
mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai
habis-habisan.
3. Ilmu
bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan
eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia
akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai
mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.
F.
Para
Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Ilmu Pengetahuan Filsuf Muslim Di Belahan
Dunia Barat
Tokoh-tokoh
Filsuf Islam
1. Al-Kindi
Nama
Al-Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi asal cikal-bakalnya, yaitu Banu
Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang sejak dahulu menempati
daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang
cukup tinggi dan banyak dikagumi orang. Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf
Ya’qup bin Ishaq Ash-Shabbah bin ‘Imran bin Isma’il bin Al Asy’ats bin Qays
Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185 H (801 M). Ayahnya, Ishaq
Ash-Shabbah adalah Gubernur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun
Al-Rasyid dari Bani ‘Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi
lahir. Dengan demikian Al-Kandi dibesarkan dalam keadaan yatim.
Karangan-karangan
Al-Kindi mengenai filsafat menunjukkan ketelitian dan kecermatannya dalam
memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam
terminologi ilmu filsafat. Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup
epistimologi, metafisika, etika, dan sebagainya. Sebagaimana halnya para
penganut aliran Phythagoras, Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan matematika
orang tidak bisa berfilsafat dengan baik.
2. Al-Farabi
al-Farabi
mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al-Farabi. Sebenarnya
nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan di desa Wasij
dalam kota Farab pada tahun 257 H (870 M). Kadang-kadang ia mendapat sebutan
orang Turki, sebab ayah Al-Farabi sebagai seorang Iran menikah dengan wanita
Turki. Sepertinya nama sebutan orang Turki kepadanya karena ibunya berasal dari
negara Turki. Kepribadian Al-Farabi, sejak kecil ia tekun dan rajin belajar.
Dalam berolah kata, tutur bahasa, ia mempunyai kecakapan yang luar biasa.
Penguasaan terhadap bahasa Iran, Turkistan dan Kurdistan sangat ia pahami.
Justru bahasa Yunani dan Suryani sebagai bahasa ilmu pengetahuan pada waktu
itu, Al-Farabi belum bisa menguasai.
3. Ibnu
Maskawaih
Maskawaih
adalah seorang filosuf Muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam.
Meskipun disiplin ilmu yang dimilikinya termasuk seorang sejarahwan, tabib,
ilmuan dan sastrawan. Pengetahuannya tentang kebudayaan Romawi, Persia, dan
India, termasuk filsafat Yunani, sangat luas.
Nama
lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub bin Maskawaih. Sebutan
nama yang lebih masyhur adalah Maskawaih atau Ibnu Maskawaih. Nama ini diambil
dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persia) kemudian masuk Islam.
Gelarnya adalah Abu Ali, yang diperoleh dari nama sahabat Ali, yang bagi kaum
Syi’ah dipandang sebagai yang berhak menggantikan nabi dalam kedudukannya sebagai
pemimpin umat Islam sepeninggalannya. Dari gelar ini tidak salah jika orang
mengatakan bahwa Maskawaih tergolong penganut aliran Syi’ah. Gelar lain juga
sering disebutkan, yaitu Al-Khazim, yang berarti bendaharawan, disebabkan pada
masa kekuasaan Adhud Al-Daulah dari Bani Buaih ia memperoleh kepercayaan
sebagai bendaharawannya.
4. Ibnu
Sina
Nama
lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina. Di Eropa dia lebih
dikenal dengan nama Avicenna. Beliau lahir di sebuah desa Afsyana, di daerah
Bukhara pada tahun 340 H / 980 M. Kelahiran beliau ditengah masa yang sedang
kacau, di masa kekuasaan ‘Abassiyah mulai mundur dan negeri-negeri semulanya
dibawah kekuasaan ‘Abbasiyah sehingga melepaskan diri dan berdiri sendiri.
Termasuk kota Baghdad sebagai pusat pemerintahannya dikuasai oleh goongan Banu
Buwaih pada tahun 334 H hingga tahun 447 H.
Keadaan
dunia Barat sebelum kedatangan para filosof muslim sungguh memprihatinkan. Akan
tetapi setelah kemunculan atau kedatangan para filosof muslim didunia barat, mereka
membawa dampak kemajuan yang pesat. Kemjuan tersebut tidak hanya dalam beberapa
aspek saja, akan tetapi hampir menyeluruh kesemua aspek kehidupan.
Tidak dapat
dibantah bahwa perkembangan dan
kemajuan peradaban Barat yang
spektakuler seperti sekarang
ini tidak dapat dilepaskan dari
sentuhan peradaban Islam Abad
Pertengahan, karena pada Abad Pertengahan, Islam tampil sebagai puncak
peradaban dunia. Masyarakat
Masyarakat Barat pada
saat itu berada
dalam abad keterbelakangan, kemandegan
berpikir dan kebekuan.
Barat menimba sebanyak-banyaknya capaian
peradaban Islam tersebut.
Tokoh yang paling berpengaruh
bagi Barat dalam
transformasi peradaban tersebut adalah Ibn Rusyd (Averroes).
Kenyataan yang
tak terbantahkan bahwa
kemajuan peradaban Barat (Eropa)
sejak abad ke-12 tidak terlepas dari sumbangan peradaban Arab-Islam yang
dikembangkan oleh tokoh-tokoh
filosof saintis muslim. Orang-orang Barat menimba ilmu dari
orang-orang Islam dan membangun peradaban
mereka setelah mendapat
sentuhan dari peradaban
Islam. Oleh karena itu Gustave Lebon (Nasution, 1985: 74-75) mengakui
bahwa orang Arablah yang menyebabkan Barat mempunyai peradaban, mereka adalah
imam bagi Barat selama enam abad.
Demikian juga Rom Landau (Nasution, 1985: 74-75) menegaskan bahwa dari
orang-orang Arab-Islam inilah orang-orang Barat belajar berpikir objektif dan
menurut logika. Arab telah
membukakan mata Barat
untuk belajar
berlapang dada dan mengembangkan toleransi
terhadap kaum minoritas.
Hal tersebut membawa Barat
kepada kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan.
Proses
transformasi ilmu pengetahuan dan filsafat Islam ke Barat terjadi melalui
rute segitiga perdagangan
antara Spanyol-Sicilia-Syiria. Para guru
dan pedagang dari Spanyol,
muslim Sicilia
dan Afrika serta tentara perang Salib adalah
pembawa-pembawa utama ilmu pengetahuan Islam ke
Barat. Selain itu jaur
yang tak kalah pentingnya dalam proses transformasi ini adalah jalur
pendidikan. Universitas-universitas seperti di kota Seville, Cordova, Toledo,
Granada, dan Valencia banyak dikunjungi pemuda -
pemuda Eropa berkumpul di
kota-kota tersebut dan
menimba ilmu pengetahuan Muslim.
Demikian juga orang-orang Yahudi Spanyol ikut serta dalam proses alih
pengetahuan Islam tersebut.
Persentuhan
Eropa dengan para filosofis muslim memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan
bangsa Barat. Pengaruh terpenting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan
para filosof muslim adalah semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh
peradabandan ilmu Islam. Kontribusi para filosof muslim kepada Eropa pada
peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari
berbagai sisi kehidupan Eropa yangtidak terpengaruh oleh filosofis Islam.
PENUTUP
A.
Kesempulan
Filsafat
mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan
pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu
pengetahuan, dan sebagai pembantu
pengetahuan. Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar
dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
Persentuhan
Eropa dengan para filosofis muslim memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan
bangsa Barat. Pengaruh terpenting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan
para filosof muslim adalah semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh
peradabandan ilmu Islam. Kontribusi para filosof muslim kepada Eropa pada
peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari berbagai
sisi kehidupan Eropa yangtidak terpengaruh oleh filosofis Islam
Lain
halnya dengan yang dipaparkan oleh Hadariansyah dalam bukunya “Pengantar
Filsafat Islam” bahwa filsafat Islam, terlahir dari kitab suci umat Islam itu
sendiri, dikarenakan banyaknya terkandung ayat-ayat yang menyuruh untuk
berpikir.
B.
Saran
Isi
dan kesimpulan yang penulis paparkan bisa sja berubah apabila ditemukan data
yang lebih akurat dan 'alid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena
itu janganlah terlalu berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak
kekurangan. baik yang diketahui ataupun tidak diketahui. maka bacalah juga
makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang
penulis bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama.
Demikian
makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Zaprulkhan.2014. Filsafat Islam Sebuah Kajian
Tematik. Jakarta:PT.RAJA GRAFINDO PERSADA
Hakim, Atang Abdul.Desember 2008.FIlsafat Umum Dari
Mitologi Sampai Teofilosofi. Jakarta:CV.PUSTAKA SETIA
Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat
: dari Aristoteles sampai Derid. Surakarta: CV.PUSTAKA PELAJAR
Russel, Bertrand. 2015. Sejarah Filsafat Barat.
Surakarta: CV.PUSTAKA PELAJAR
Kartanegara, Mulyadi, 2002. Gerbang Kearifan Sebuah
Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT.LENTERA HATI
Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif,
Jakarta:KENCANA
Zar Sirajuddin.Filsafat Islam. Jakarta: RAJAWALI
PERS
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006, cet.I
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,
Jilid II (Jakarta: UI Press, 1978)
Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008.
Jakarta: Pustaka Firdaus
Komentar
Posting Komentar