PARA FILSUF ISLAM DAN KONSTRIBUSINYA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN FILSUF MUSLIM DI BELAHAN DUNIA BARAT


PARA FILSUF ISLAM DAN KONSTRIBUSINYA DALAM PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN FILSUF MUSLIM  
DI BELAHAN DUNIA BARAT



Tugas Makalah

Mata Kuliah : Filsafat Umum





Disusun Oleh :

Chana Ivan Widieansyah
170801098

Mustaqim
170801027



JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018 M / 1440 H

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Para Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Filsafat Belahan Dunia Barat” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada reformis Islam sejati Nabi Muhammad SAW pembawa umat minazhulumati ilannur.
Sebagaimana dalam peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak”, dalam penyusunan makalah ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang akan datang sangat kami harapkan.
Kami pun menghaturkan terima kasih kepada Ibu. sebagai Dosen Pembimbing matakuliah Filsafat Umum ” yang tak pernah lelah dan bosan memberikan bimbingannya dan arahannya yang selalu membangunkan semangat kepada para mahasiswanya.
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam menguasai materi pelajaran.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa membawa kemudahan kita dalam belajar untuk meraih prestasi yang kita inginkan.



Aceh, Januari 2019

            Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................           .......     1
A.    Latar Belakang.............................................................................................   ........    1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... ........    1
C.     Tujuan Pembahasan......................................................................................  ........    1
BAB II            PEMBAHASAN...........................................................................................            .......     2
A.    Pengertian Filsafat......................................................................................... .......     2
B.     Objek Kajian Dalam Filsafat.................................................................................     3
C.     Cabang-Cabang  Dalam Filsafat............................................................................     5
D.    Karakteristik Pemikiran Filsafat............................................................................     8
E.     Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan.......................................................    9
F.      Para Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Ilmu Pengetahuan
Filsuf Muslim Dalam Belahan Dunia Barat...........................................................     10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................    14
A.    Kesimpulan..............................................................................................       .......     14
B.     Saran.........................................................................................................      .......     14
DAFTARPUSTAKA..............................................................................................   .......     15


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sejarah filsafat dikenal adanya istilah borrowing yaitu saling meminjam filsafat satu dengan yang lain. Hal ini terjadi pada filsafat Islam dan Barat, kontak terjadi bersifat dua arah. Pada zaman keemasan Islam, filsafat Barat masuk ke Dunia Islam dengan gerakan penerjemahan karya-karya filosof-filosof Yunani Klasik ke dalam bahasa Arab.Keinginan  umat   Islam   mempelajari  filsafat Barat  tersebut   sejalan dengan semakin meluasnya kekuasaan Islam dan meningkatnya interaksi Umat Islam dengan bangsa-bangsa lain terutama Yunani dan Romawi. Orang-orang Persia memegang peranan penting dalam proses pengaruh bagi gerakan transmisi filsafat Yunani ke Dunia Islam, karena mereka yang terlebih  dahulu berkenalan dengan  peradaban dan filsafat Yunani, sehingga melalui orang-orang Persia ini bangsa Arab muslim mulai mempelajari filsafat Yunani (Nur Ahmad dalam Iqbal, 2004: xiv). Dalam hal ini umat Islam berjasa membangkitkan kembali warisan intelektual Yunani Kuno yang beberapa abad lamanya tidak terjamah.  
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa objek kajian dalam filsafat ?
2.      Apa cabang-cabang filsafat ?
3.      Jelaskan karakteristik pemikiran filsafat !
4.      Jelaskan hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan !
5.      Bagaimana para filsuf islam dan kontribusinya ke dunia barat ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui filsafat islam
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat islam
3.      Untuk mengetahui karakteristik pemikiran filsafat
4.      Untuk mengetahui bagaimana konstribusi filsafat islam untuk dunia barat

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia yang berasal dari kata filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tesebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang bererti cinta dan Sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan“.
Arti kata tersebut diatas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat sebab pengertian “mencintai” belum memperhatikan keaktifan seorang filosof untuk memeperoleh kearifan dan kebijaksanaan itu. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timu (Tiongkok dan India), seseorang disebut filosof bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian lazim di Barat, kata “mencintai” tidak perlu mendapat kebijkasanaan karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur. Dengan menyebut filsafat sebagai “cinta akan kebijaksanaan”, maka timbullah pertanyaan : apakah kebijaksanaan yang dikejar itu? Yang jelas kebijaksanaan itu ada sangkut pautnya dengan mengerti (know) dengan pengetahuan (knowledge). Akan tetapi tidak setiap “mengerti” itu kebijaksanaan atau bahkan filsafat. Yang pasti bahwa kebijaksanaan dan filsafat itu suatu bentuk tertentu, boleh dikatakan merupakan pengetahuan dalam bentuknya yang tertinggi.
Refleksi manusia terhadap realitas mungkin berawal dari ketakjuban atau keheranan, ketidakpuasan, keraguan atau kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan (ketidakberdayaan). Hal – hal itu kemudian diteruskan menjadi sebuah pertanyaan, dan pertanyaan dicoba jawab secara sistematis, logis dan mendasar. Dari sinilah asal mula filsafat itu lahir.
Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi: pertama, dilihat dari segi hasil pengetahuan. Kedua, filasafat dilihat dari segi aktifitas budi manusia. Dilihat dari segi pengetahuan, filasfat adalah jenis pengetahuan yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Jadi, kalau kita berbicara tentang filsafat mungkin berbicara tentang jenis pengetahuan yang disebut filsafat atau mungkin aktifitas budi manusia dalam mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.
B.     Objek Kajian Dalam Filsafat
Objek Materi dan Objek Formal Filsafat :
Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang didelidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “ada” di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkinan.
Objek Formal Filsafat yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Objek Formal filsafat adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun yang ebrada di luar jangkauan pembahasan filsafat. Objek formalnya adalah metode untuk memahami objek materil tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek Formal Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalam sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat.
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa ilmu filsafat pada prinsipnya memiliki 2 objek substansif dan 2 objek instrumentatif, yaitu :
Objek Substantif yang terdiri dari 2 hal
a.       Kenyataan
Fakta (kenyataan) yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta ini ada beberapa aliran filsafat yang memberikan pengertian yang berbeda – beda, diantaranya yaitu positivme (hanya mengakui pengayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara sensual satu dengan yang lainnya. Data empiriksensual tersebut harus objektif tidak boleh masuk subjektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenologi. Fakta buka sekedar data empirik sensual tetapi data yang sudah dimaknai sehingga ada subjektifitas peneliti tetapi, subjektifitas peneliti disini tidak berarti sesuai selera peneliti.subjektif dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis data sampai kesimpulan.data selektifnya disa berupa ide moral dan lain-lain.orang yang mengamati terkait langsung pada konsep-konsep yang dimiliki.
b.      Kebenaran
Positivisme, benar substantif yang menjadi identik dengan benar sesuai dengan empiri sensual. Kebenaran positivistik didasarkan pada ditemukan frekwensi tinggi atau fariansi yang besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondwnsi antara fakta yang satu dengan fakta yang phenominology. Kebenaran dibuktikan berdasarkan pada oenemuan yang esensial yang dipilih dari non esensial atau esksemplar dan sesuai dengan skema tertentu. Secara dikenal 2 teori kebenaran, yaitu kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenominology fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji kebenarannya dengan yang dipercaya. Realisme methafisik ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran objektif universal. Realisme sesuatu yang benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menutut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual yang koheren dengan kebenaran transeden berupa wahyu. Pregamatisme mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada 5 teori kebenaran yaitu:
-          Kebenaran Preposisi yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran preposisinya baik preposisi formal maupun preposisi materialnya.
-          Kebenaran Koherensi atau Konsistensi yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suau pernyataan denag pernyataan-pernyataan yang lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
-          Kebenaran Performatif yaitu teori kenbenran yang mengakui bahwa sesuati itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.-Kebenaran Praqmatik yaitu toeri kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktif. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a.       Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut denga menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengsn mengggunakan metode induktif, deduktif, reflektif.
Pemaknaan juga dapat ditmpilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian apriori dan aposteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran perdiksi para ahli mendasarkan pada dua aspek : (1) Aspek Kuantitatif (2) Aspek Kualitatif. Dalam hal konfirmasi. sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu:
·         Decision Theory: menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
·         Estimation Thory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar atau salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
·         Reliability Analysis: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hepotesis.

C.    Cabang-Cabang  Dalam Filsafat
`           Banyak para filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai cabang, seperti H. De Vos, Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld, Aristoteles, dan lain-lain. Setiap filsuf memiliki perbedaan dalam membagi cabang-cabang filsafat ilmu. Walaupun ada perbedaan dalam pembagiannya, namun tentu saja lebih banyak persamaanya. Dari beberapa pandangan filsuf tersebut, sekarang filsafat memiliki beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, epistemologi, etika, dan estetika.
1.      Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau  membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Metafisika tidak muncul dengan karakter sebagai disiplin ilmu yang normatif tetapi tetap filsafat yang ditujukan terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar perangkat dasar kategori-kategori untuk mengklasifikasikan dan menghubungkan aneka fenomena percobaan oleh manusia.  Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.
·         Ontologi (Teori Alam dan Tipe-Tipe Realitas)
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret atau realistis. Adapun teori Ontologi utama meliputi:
1)      Materialisme à Objek-objek fisik yang ada mengisi ruang angkasa dan tidak ada yang lainnya. Semua sifat fisik alami tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri.
2)      Idealisme à Hanya pikiran/berpikir, spirit, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan berpikir yang benar-benar nyata (konkret).
3)      Dualisme à Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan keduanya tidak saling mengurangi satu dengan yang lain.

·         Kosmologi (Teori Umum Proses Realitas)
Kosmologi berkepentingan terhadap cara berbagai benda dan peristiwa yang satu mengikuti cara berbagai benda dan peristiwa lain menurut perubahan waktu (satu benda ditentukan oleh benda lainnya). Satu benda atau peristiwa ditentukan oleh sebab sebelumnya dan tidak dapat dibalik. Determinan-determinan dari peristiwa alam yang dianggap beroperasi dengan cara terakhir tersebut dinamakan Aristoteles sebagai “sebab-sebab final” à final causes à dikenal sebagai antecedent causes.
Selain pandangan determinisme, kita perlu mengenal pandangan lain, yaitu teleologi. Teleologi adalah proses yang dianggap ditentukan oleh aneka pengaruh atau sebab akhir (influenced by ends).
·         ntropologi
Adalah ilmu yang menyelidiki tentang manusia yang berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan tentang hakikat manusia dan pentingnya dalam alam semesta.
2.      Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika membahas tentang prinsip-prinsip inferensia (kesimpulan) yang absah (valid) dan topik-topik yang saling berhubungan. Logika dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Logika deduktif (deductive form of inference), yaitu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus.
2.      Logika induktif (inductive form of inference), yaitu cara berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Banyak para ahli berpendapat bahwa sekalipun sejak 1940-an logika deduktif berkembang tetapi masih belum menyamai taraf yang dicapai oleh logika deduktif. Dalam hal ini, logika deduktif lebih powerful.
3.      Epistemologi
Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos = kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistomologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
4.      Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku (moral) atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik ataupun buruk. Etika dalam kajian filsafatnya dapat diberi arti sebagai tata krama dan sopan santun yang lahir dari pemahaman perbuatan yang baik dan buruk serta sebuah tata aturan yang berlaku dalam masyarakat yang menjadi sebuah kebudayaan yang wajib untuk taat dipatuhi.
5.      Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Estetika disebut juga sebagai “filsafat keindahan” (philosophy of beauty). Dalam Encyclopedia Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat yang berkenaan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.
D.    Karakteristik Pemikiran Filsafat
Dari uraian tentang pengertian, obyek dan cabang filsafat tersebut di atas, maka kita sedikitnya telah memperoleh gambaran sekilas tentang apakah sebenarnya filsafat itu. secara umum dapat dikemukakan bahwa filsafat adalah jenis berfikir yang memiliki ciri-ciri bersifat sistematis, kritis, radikal, refleksif, dan integral. dengan kata lain, berfikir filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan karena pendekatannya bersifat integral, yakni tidak mengkaji semesta dari satu sisi saja namun secara menyeluruh. filsafat juga bersifat kritis dalam mengkaji obyeknya, dalam arti ia tidak pernah berhenti pada penampakan, asumsi, dogmatisme melainkan terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi mencapai hakekat.
secara umum pemikiran filsafat bersifat :
1)      menyeluruh (komprehensif). filsafat tidak sama dengan ilmu dengan memandang objeknya,karena filsafat melihat atau memandang objeknya dari sudut totalitas (keseluruhan). filsafat ingin mencoba mengenali hakekat atau “apanya” sesuatu. filsafat tidak akan puas hanya mengenal objeknya dari sudut tertentu secara khusus sebagaimana dilakukan oleh ilmu-ilmu yang lain
2)      mendasar atau radikal. radikal berasal dari akar kata radix yang berarti akat. filsafat selalu menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji suatu obyek sampai ke akar-akarnya. filsafat tidak berhenti percaya dengan begitu saja secara dangkal akan tetapi secara radikal filsafat terus bertanya ke dasar dari sesuatu alasan
3)      mencari kejelasan. apa yang dilakukan filsafat harus bermuara pada pencarian kejelasan pengertian dan kejelasan intelektual dari seluruh realitas
4)      berfikir rasional. dalam hal ini terkandung pengertian berfikir logis, sistematis dan kritis
5)      spekulatif. kegiatan spekulatif merupakan yang pertama dari kegiatan-kegiatan utama yang telah dilakukan oleh para filsuf selama berabad-abad, yakni membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu hal. filsafat berusaha menetapkan kriteria apa yang disebut benar (logika), apa yang disebut baik (etika) dan apa yang disebut indah (estetika) dan selanjutnya dapat diteruskan dan dimanfaatkan oleh ilmu-ilmu
6)       konseptual. Berfikir filsafat adalah berfikir melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari
7)       koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah kaidah perpikir logis dan konsisten artinya tak mengandung kontradiksi.
8)      sistematis dan metodis. sistematis  adalah saling berkaitan dan metodis adalah cara yang ditempuh dalam mendapatkan kebenaran.
9)       bebas Berfikir filsafat adalah berfikir secara bebas, bebas dari prasangka sosial dan kepentingan politik.

E.     Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Hubungan filsafat dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
2.      Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how, managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) - Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes, highest principles, and ultimate explanation)
3.      Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.
4.      Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain. Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan , religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat.
Berikutnya kita akan  melihat bagaimana hubungan keduanya dengan agama, sebagai berikut :
1.      Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.
2.      Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.
3.      Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.

F.     Para Filsuf Islam Dan Kontribusinya Dalam Ilmu Pengetahuan Filsuf Muslim Di Belahan Dunia Barat
Tokoh-tokoh Filsuf Islam
1.      Al-Kindi
Nama Al-Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi asal cikal-bakalnya, yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang sejak dahulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang. Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qup bin Ishaq Ash-Shabbah bin ‘Imran bin Isma’il bin Al Asy’ats bin Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185 H (801 M). Ayahnya, Ishaq Ash-Shabbah adalah Gubernur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani ‘Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir. Dengan demikian Al-Kandi dibesarkan dalam keadaan yatim.
Karangan-karangan Al-Kindi mengenai filsafat menunjukkan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologi ilmu filsafat. Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup epistimologi, metafisika, etika, dan sebagainya. Sebagaimana halnya para penganut aliran Phythagoras, Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan matematika orang tidak bisa berfilsafat dengan baik.
2.      Al-Farabi
al-Farabi mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al-Farabi. Sebenarnya nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan di desa Wasij dalam kota Farab pada tahun 257 H (870 M). Kadang-kadang ia mendapat sebutan orang Turki, sebab ayah Al-Farabi sebagai seorang Iran menikah dengan wanita Turki. Sepertinya nama sebutan orang Turki kepadanya karena ibunya berasal dari negara Turki. Kepribadian Al-Farabi, sejak kecil ia tekun dan rajin belajar. Dalam berolah kata, tutur bahasa, ia mempunyai kecakapan yang luar biasa. Penguasaan terhadap bahasa Iran, Turkistan dan Kurdistan sangat ia pahami. Justru bahasa Yunani dan Suryani sebagai bahasa ilmu pengetahuan pada waktu itu, Al-Farabi belum bisa menguasai.
3.      Ibnu Maskawaih
Maskawaih adalah seorang filosuf Muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun disiplin ilmu yang dimilikinya termasuk seorang sejarahwan, tabib, ilmuan dan sastrawan. Pengetahuannya tentang kebudayaan Romawi, Persia, dan India, termasuk filsafat Yunani, sangat luas.
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub bin Maskawaih. Sebutan nama yang lebih masyhur adalah Maskawaih atau Ibnu Maskawaih. Nama ini diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persia) kemudian masuk Islam. Gelarnya adalah Abu Ali, yang diperoleh dari nama sahabat Ali, yang bagi kaum Syi’ah dipandang sebagai yang berhak menggantikan nabi dalam kedudukannya sebagai pemimpin umat Islam sepeninggalannya. Dari gelar ini tidak salah jika orang mengatakan bahwa Maskawaih tergolong penganut aliran Syi’ah. Gelar lain juga sering disebutkan, yaitu Al-Khazim, yang berarti bendaharawan, disebabkan pada masa kekuasaan Adhud Al-Daulah dari Bani Buaih ia memperoleh kepercayaan sebagai bendaharawannya.
4.      Ibnu Sina
Nama lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina. Di Eropa dia lebih dikenal dengan nama Avicenna. Beliau lahir di sebuah desa Afsyana, di daerah Bukhara pada tahun 340 H / 980 M. Kelahiran beliau ditengah masa yang sedang kacau, di masa kekuasaan ‘Abassiyah mulai mundur dan negeri-negeri semulanya dibawah kekuasaan ‘Abbasiyah sehingga melepaskan diri dan berdiri sendiri. Termasuk kota Baghdad sebagai pusat pemerintahannya dikuasai oleh goongan Banu Buwaih pada tahun 334 H hingga tahun 447 H.

Keadaan dunia Barat sebelum kedatangan para filosof muslim sungguh memprihatinkan. Akan tetapi setelah kemunculan atau kedatangan para filosof muslim didunia barat, mereka membawa dampak kemajuan yang pesat. Kemjuan tersebut tidak hanya dalam beberapa aspek saja, akan tetapi hampir menyeluruh kesemua aspek kehidupan.
Tidak   dapat   dibantah   bahwa   perkembangan   dan   kemajuan peradaban   Barat   yang   spektakuler   seperti   sekarang   ini   tidak   dapat dilepaskan   dari   sentuhan   peradaban   Islam   Abad   Pertengahan,   karena pada  Abad Pertengahan, Islam tampil sebagai puncak peradaban dunia. Masyarakat   Masyarakat   Barat   pada   saat   itu   berada   dalam   abad keterbelakangan,   kemandegan   berpikir   dan   kebekuan.   Barat   menimba sebanyak-banyaknya   capaian   peradaban   Islam   tersebut.   Tokoh   yang paling   berpengaruh  bagi   Barat   dalam   transformasi   peradaban  tersebut adalah Ibn Rusyd (Averroes).
Kenyataan   yang   tak   terbantahkan   bahwa   kemajuan   peradaban Barat (Eropa) sejak abad ke-12 tidak terlepas dari sumbangan peradaban Arab-Islam  yang   dikembangkan   oleh  tokoh-tokoh   filosof   saintis  muslim. Orang-orang Barat menimba ilmu dari orang-orang Islam dan membangun peradaban   mereka   setelah   mendapat   sentuhan   dari   peradaban   Islam. Oleh karena itu Gustave Lebon (Nasution, 1985: 74-75) mengakui bahwa orang Arablah yang menyebabkan Barat mempunyai peradaban, mereka adalah imam bagi Barat selama enam abad.  Demikian juga Rom Landau (Nasution, 1985: 74-75) menegaskan bahwa dari orang-orang Arab-Islam inilah orang-orang Barat belajar berpikir objektif dan menurut logika. Arab telah   membukakan   mata   Barat   untuk   belajar   berlapang   dada   dan mengembangkan   toleransi   terhadap   kaum   minoritas.   Hal   tersebut membawa Barat kepada kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan.
Proses transformasi ilmu pengetahuan dan filsafat Islam ke Barat terjadi   melalui   rute  segitiga   perdagangan   antara   Spanyol-Sicilia-Syiria. Para  guru   dan   pedagang dari   Spanyol,   muslim   Sicilia  dan   Afrika   serta tentara perang Salib adalah pembawa-pembawa utama ilmu pengetahuan Islam ke  Barat.  Selain itu  jaur  yang tak  kalah  pentingnya dalam  proses transformasi ini adalah jalur pendidikan. Universitas-universitas seperti di kota Seville, Cordova, Toledo, Granada,  dan  Valencia banyak dikunjungi pemuda - pemuda   Eropa berkumpul   di   kota-kota   tersebut   dan   menimba ilmu pengetahuan  Muslim. Demikian juga orang-orang Yahudi Spanyol ikut serta dalam proses alih pengetahuan Islam tersebut.
Persentuhan Eropa dengan para filosofis muslim memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan bangsa Barat. Pengaruh terpenting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan para filosof muslim adalah semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh peradabandan ilmu Islam. Kontribusi para filosof muslim kepada Eropa pada peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari berbagai sisi kehidupan Eropa yangtidak terpengaruh oleh filosofis Islam.



 BAB III

PENUTUP
A.    Kesempulan
Filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu  pengetahuan. Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
Persentuhan Eropa dengan para filosofis muslim memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan bangsa Barat. Pengaruh terpenting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan para filosof muslim adalah semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh peradabandan ilmu Islam. Kontribusi para filosof muslim kepada Eropa pada peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari berbagai sisi kehidupan Eropa yangtidak terpengaruh oleh filosofis Islam
Lain halnya dengan yang dipaparkan oleh Hadariansyah dalam bukunya “Pengantar Filsafat Islam” bahwa filsafat Islam, terlahir dari kitab suci umat Islam itu sendiri, dikarenakan banyaknya terkandung ayat-ayat yang menyuruh untuk berpikir.

B.     Saran
Isi dan kesimpulan yang penulis paparkan bisa sja berubah apabila ditemukan data yang lebih akurat dan 'alid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena itu janganlah terlalu berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak kekurangan. baik yang diketahui ataupun tidak diketahui. maka bacalah juga makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang penulis bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama.
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Zaprulkhan.2014. Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik. Jakarta:PT.RAJA GRAFINDO PERSADA
Hakim, Atang Abdul.Desember 2008.FIlsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi. Jakarta:CV.PUSTAKA SETIA
Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat : dari Aristoteles sampai Derid. Surakarta: CV.PUSTAKA PELAJAR
Russel, Bertrand. 2015. Sejarah Filsafat Barat. Surakarta: CV.PUSTAKA PELAJAR
Kartanegara, Mulyadi, 2002. Gerbang Kearifan Sebuah Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT.LENTERA HATI
Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA
Zar Sirajuddin.Filsafat Islam. Jakarta: RAJAWALI PERS
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet.I
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 1978)
Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: Pustaka Firdaus

Komentar

Postingan Populer